Oleh : Tajun Nashr Ms.
Tidak bisa dibayangkan alangkah bahagianya ketika sesuatu yang ditunggu bertahun-tahun itu akhirnya tiba. Seorang ayah yang mengharapkan kelahiran seorang putra di usianya yang senja, akhirnya terlahirlah bayi mungil dan rupawan bernama “Isma’il”.
Harapan besar tentunya sudah tersirat dalam hatinya karena akan ada yang meneruskan amanat besar mengemban risalah kenabian sang Abul Anbiyaa’.
Waktu silih berganti, Isma’il pun tumbuh menjadi remaja yang tangkas, namun di saat kecintaan pada anaknya memuncak maka datanglah perintah dari Allah untuk menyembelihnya, melalui mimpi yang benar.
Tentu saja bisa dibayangkan bagaimana perasaan Nabi Ibrahim waktu itu, bertahun-tahun menunggu kelahiran seorang putra, namun ketika yang diharapkan sudah datang maka datanglah perintah untuk menyembelihnya. Disinilah kecintaan seorang ayah diuji, dia dihadapkan diantara dua pilihan : kecintaan kepada anaknya atau ketaatan kepada perintah Rabb semesta alam.
Namun karena ketulusan hatinya maka rasa cintanya yang sangat kepada anaknya tidak sampai melebihi rasa cinta kepada Allah. Dengan penuh keikhlasan ia mengorbankan anaknya tercinta, begitu pula Isma’il, ia menjawab seruan Rabbnya dengan kalimat yang sangat indah “Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya’ Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Minggu, 05 Desember 2010
Langganan:
Komentar (Atom)

