Oleh :Tajun Nashr Ms.*)
Di suatu siang pada bulan Ramadhan,
penulis pernah melewati beberapa warung kecil di pinggir jalan raya di sebuah
kecamatan. Di situ ada sedikit pemandangan ‘menarik’, warung-warung kecil
tersebut tidak membuka semua pintu dan jendela warungnya tetapi hanya membuka
pintu sampingnya.
Di luar terlihat beberapa
motor diparkir, dan di dalam juga terlihat beberapa orang yang ‘parkir’.
Kira-kira mereka ngapain ya? Mungkin para pembaca bisa menebak sendiri.
Di saat panas menyengat, mampir di warung kopi pada bulan puasa? Ah….
Para pembaca yang mulia, Ibadah
puasa merupakan salah satu elemen penting dalam agama islam. Jika islam
diibaratkan sebagai sebuah rumah, maka puasa itu ibarat dinding yang
mengelilingi rumah tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah
dalam sabdanya mengenai puasa :
..
فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ....
“…Karena puasa itu adalah
benteng (bagimu).”[1]
Ya, puasa ibarat benteng
kuat yang melindungi pemiliknya dari serangan-serangan dari luar, baik yang
sifatnya jasmani maupun rohani. Karena puasa sendiri secara bahasa berarti
menahan, maka dengan latihan menahan diri ini diharapkan pertahanan jiwa kita
juga akan semakin kuat.
Artikel berikut ini akan
membahas sedikit mengenai bagaimana para sahabat Nabi dalam menjalankan
perintah dan syari’at dari Nabi. Dalam hal ini masalah puasa. Sangat berbeda
180 derajat bila dibandingkan dengan kondisi ummat islam saat ini.

